Analysis Of Seismic Rate Change Based On Spatial Distribution Of Seismotectonics And Deformation Extension In West Nusa Tenggara
Penulis
Rifa Aprimanda Mulya Rizki , Syafriani , Harman Amir , Zulhendra ZulhendraDiterbitkan:
2024-11-06Versi:
- 2024-11-06 (2)
- 2024-11-06 (1)
Terbitan:
Vol 6 No 1 (2025): In PressArticles
Abstrak
Wilayah Nusa Tenggara Barat memiliki aktivitas kegempaan yang tinggi. Sebelum terjadinya suatu kejadian gempa bumi, terlebih dahulu didahului oleh keadaan seismik tenang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan laju seismik yang diamati dari fenomena seismik tenang dan luas deformasi. Metode perubahan laju seismik yang digunakan adalah distribusi spasial z-value. Dan metode luas deformasi yang digunakan adalah rumusan Utsu dan Seki untuk gempa bumi M7,0 pada tanggal 5 Agustus 2018 dengan input magnitudo permukaan. Penelitian ini menggunakan data dari website USGS periode 1983-2023. Pada penelitian ini terdapat tiga zona fokus penelitian yaitu gempa bumi tahun 2009 (M6,6), gempa bumi tahun 2018 (M7,0) dan gempa bumi tahun 2018 (M6,9). Dengan menggunakan metode distribusi spasial z-value, wilayah dibagi menjadi beberapa grid. Nilai z dihitung pada setiap grid dan menggambarkan perubahan laju seismik. Fenomena tersebut dapat dilihat berdasarkan perubahan laju seismik yang telah diperoleh. Hasil yang diperoleh, pada zona pertama terjadi peningkatan aktivitas seismik sebelum gempa bumi 2009, zona kedua dan zona ketiga terjadi fenomena seismic quiescence yang mendahului gempa bumi 2018. Berdasarkan sebaran spasial z-value awal tahun 2023, terjadi fenomena penurunan aktivitas seismik di sebagian wilayah Nusa Tenggara Barat. Serta terjadi deformasi sebesar 1.091,44 km2 pada gempa bumi M7,0 tanggal 5 Agustus 2018. Hal ini patut diduga sebagai awal gejala gempa bumi di masa mendatang .Referensi
Gutenberg. B, & Richter. C. F. (1942). Earthquake Magnitude, Intensity, Energy, and Acceleration. Bulletin of the Seismological Society of America, 32(3), 163-191.
Isa. Z. H. E, & Eaton.D.W. (2014). Spatiotemporal variations in the b-value of earthquake magnitude–frequency distributions: Classification and causes. Elsevier : Tectonophysics, 1-11. doi:10.1016/j.tecto.2013.12.001
Kanamori.H, & Anderson.D.L. (1975). Theoretical Basis Of Some Empirical Relations In Seismology. Bulletin of the Seismological Society of America, 65(5), 1073-1095.
Katsuma.K. (2011). A long-term seismic quiescence started 23 years before the 2011 off the Pacific coast of Tohoku Earthquake (M = 9.0). Letter : Earth Planets Space, 63, 709-712. doi:10.5047/eps.2011.06.033
Nemati. M. (2014). An appraisal of aftershocks behavior for large earthquakes in Persia. Journal of Asian Earth Sciences, 79, 432-440. doi:10.1016/jseaes.2013.10.015
Ozturk. S. (2015). A study on the correlations between seismotectonic b-value and Dc value, and seismic quiescence Z-value in the Western Anatolian region of Turkey. Austrian Journal of Earth Sciences, 108(2), 172 - 184. doi:10.17738/ajes.2015.0019
PuSGeN. (2017). Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Jalan Panyaungan Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung.
Setiyono.U.dkk. (2019). Katalog Gempabumi Siginifikan dan Merusak Tahun 1821-2018. In Pusat Gempabumi dan Tsunami Kedeputian Bidang Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Silver. E.A, Breen. N.A, & Prasetyo. H. (1986). Multibeam Study Of The Flores Backarc Thrust Belt, Indonesia. Journal Of Geophysical Research, 91(B3), 3489-3500.
Sukrungsri. S, & Pailoplee. S. (2016). Precursory seismic quiescence along the Sumatra-Andaman subduction zone: past and present. J Seismol. doi:10.1007/s10950-016-9602-8
Sunardi.B, Shahzad.S, & Nugraha.J. (2013). Analisis Periodesitas dan Perubahan Tingkat Kegempaan Wilayah Jawa Barat Berbasis Statistik. ResearchGate.
Sunarjo, Gunawan.M.T, & Pribadi. S. (2010). Gempabumi Edisi Populer. Jakarta: Badan meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Syafriani, Yulkifli, Sabarani.A.Z, & Raharjo. F. D. (2018). Correlation of seismotectonic parameter and seismic quiescence z-value in West Sumatra Indonesia. Journal of Physics :Conference Series, 1-7. doi:10.1088/1742-6596/1040/1//12050
Utsu.T, & Seki.A. (1954). A Relation between the Area of After-shock Region and the Energy of Main-shock. Matsushiro Seismological Observatory, 233-240.
Westerhaus.M, Wyss.M, Yilmaz.R, & Zschau.J. (2002). Correlating variations of b values and crustal deformations during the 1990s may have pinpointed the rupture initiation of the Mw=7.4 Izmit earthquake of 1999 August 17. Geophys. J. Int, 148, 139-152.
Wiemer.S. (2001). A Software Package To Analyze Seismicity :ZMAP. Seismological Research Letters, 72(2), 373-382.
Wyss. M, & Habermann. R. E. (1988). Precursory Seismic Quiescence. Pageoph, 126, 319-331.
Wyss. M, Sobolev. G, & Clippard. J. D. (2004). Seismic quiescence precursors to two M7 earthquakes on Sakhalin Island, measured by two methods. Earth Planets Space, 56, 725–740.
Wyss.M, Wiemer.S, & Zuniga.R. (2001). Zmap : A Tool For Analyses Of Seismicity Pattern. In Typical Applications And Uses A Cookbook (pp. 1-64).
Yulianda.W, Syafriani, & Sabarani.A.Z. (2017). Analisis Perubahan Laju Seismik(Seismic Rate Change) Berdasarkan Distribusi Spasial Seismotektonik Wilayah Sumatera Barat. Pillar of Physics, 9, 49-56.
Zakiyah. V. F, Syafriani, Hamdi, & Dwiridal.L. (2021). Seismic Rate Change Analysis Based On Spatial Distribution Of Seismotectonics In Northern Sumatra. Pillar Of Physics, 75-82.